aku adalah aku...

Foto saya
malang, jawa timur, Indonesia
sangat disayangkan menjadi orang pinter tapi gk bener...tp kl jadi orang bener tapi gk pinter malah tambah gampang di tipu..enaknya trus belajar supaya pinter biar bisa jadi orang bener supaya bisa bermanfaat buat orng lain.

Rabu, 23 November 2011

Jenis-Jenis Motivasi


Salah satu aspek memanfaatkan pegawai adalah pemberian motivasi (daya perangsang) pada pegawai dalam istilah sekarang pemberian gairah kerja. Dengan pemberian motivasi atau daya perangsang dimaksudkan agar pegawai dapat bekerja dengan segala daya upayanya. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan motiv, tujuan dan kebutuhan masing-masing untuk bekerja, juga karena perbedaan waktu dan tempat. Karenanya dalam memberikan motivasi kepada karyawan haruslah diselidiki daya perangsang mana yang lebih ampuh untuk diterapkan dan ditekankan. Menurut Manullang (1993:37), bahwa jenis-jenis motivasi itu dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu :
a.    Material insentif
Yaitu daya perangsang yang dapat diberikan atau dinilai dengan uang, termasuk kedalam bentuk uang atau dinilai dengan uang, termasuk kedalam material tersebut adalah uang dan gaji.
b.    Semi material insentif
Yaitu suatu bentuk perangsang yang tidak seluruhnya diberikan dalam bentuk uang atau dinilai dengan uang, tetapi sebagian diberikan dalam bentuk, misal : melalui penempatan yang tepat, latihan sistematik, promosi yang obyektif, pekerjaan terjamin, turut sertanya dalam wakil-wakil pegawai dalam mengambil keputusan didalam perusahaan, pemberian informasi tentang kesehatan, fasilitas rekreasi, penjagaan kesehatan, lingkungan pekerjaan yang baik dan sebagainya.
c.    Non material insentif
Yaitu semua jenis perangsang yang tidak dapat dinilai dengan uang misalnya : rekreasi, penjagaan kesehatan, perumahan dan lain-lain.
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990:264), pada dasarnya motivasi yang diberikan ada dua yaitu :
a.    Motivasi Positif
Adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang diinginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hadiah. Dalam hal ini mungkin berwujud tambahan uang, tambahan penghargaan dan lain sebagainya.
b.    Motivasi Negatif
Adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan oleh suatu organisasi, tetapi teknik dasar yang digunakan lewat kekuatan ketakutan. Seperti apabila seseorang tidak melakukan sesuatu yang diinginkan organisasi, organisasi tersebut memberitahukan bahwa mungkin ia akan kehilangan sesuatu, uang, atau mungkin jabatan.
Menurut Susilo Martoyo (1992:143) ada tiga model motivasi yaitu:
1.    Model Tradisional
Sesuatu dengan aliran ini, aspek yang sangat penting dari pekerjaan manajer adalah bagaimana membuat para karyawan bisa menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. Untuk memberikan dorongan para karyawan agar melakukan pekerjaan mereka dengan berhasil, para manajer menggunakan sistem upah insentif. Semakin banyak mereka menghasilkan semakin besar penghasilan mereka. Alat motivasi didasarkan anggapan bahwa para pekerja sebenarnya adalah pemalas dan biasa didorong hanya dengan imbalan uang.
2.    Model Hubungan Manusia
Mengatakan bahwa kontak sosial yang dialami karyawan dalam bekerja merupakan hal yang sangat penting bagi mereka. Kebosanan serta kerutinan pekerjaan merupakan hal-hal yang mengurangi motivasi mereka dalam bekerja. Para peneliti tersebut menganjurkan bahwa para manajer bisa memotivasi para karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dengan membuat mereka merasa penting dan berguna. Sesuai dengan pendapat ini maka organisasi mencoba untuk mengakui kebutuhan sosial karyawan dan mencoba memotivasi mareka dengan meningkatkan kepuasan kerjanya. Para karyawan diberi lebih banyak kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaan mereka.
3.    Model Sumber Daya Manusia
Berpendapat bahwa para karyawan sebenarnya mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam. Bukan karena motivasi karena uang ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Mereka berpendapat bahwa sebagian besar individu sudah mempunyai dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dan tidak selalu para karyawan memandang pekerjaan sebagai sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Bahkan pada umumya para pekerja akan memperoleh kepuasan karena prestasi yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar