Hakekat taubat
Hakekat taubat adalah kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat. Taubat terdiri dari unsur, tempat memulai, dan kesempurnaan. Landasan memulai taubat adalah iman. Iman sebagai pancaran cahaya makrifat dalam hati yang memperjelas bahwa dosa merupakan racun yang mencelakakan. Iman yang menyulut ketakutan dan penyesalan, sehingga menimbulkan keinginan kuat untuk memperbaiki dan menghindari kesalahan. Kesempurnaan taubat dapat dirinci dalam 3 unsur berikut:
a. Seketika meninggalkan dosa-dosa,
b. Bercita-cita untuk meninggalkan dosa di masa mendatang,
c. Memperbaiki kesalahan waktu lampau semampu mungkin.
Dalam surat al-Baqarah ayat 222 Allah swt berfirman:
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Sesungguhnya Allah menyintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci.
Kewajiban bertaubat ialah karena arti taubat adalah makrifat (mengerti) bahwa dosa adalah mencelakakan, sehingga timbul keinginan untuk meninggalkannya. Hal ini adalah bagian dari iman yang dimaksudkan dengan makrifat.
Sifat yang pertama kali diciptakan pada manusia adalah sifat bahimiyah. Pada masa kanak-kanak nafsu yang menguasai jiwa adalah tamak dan syahwat. Kemudian diciptakan sifat sabu'iyah, sehingga yang menguasai jiwanya adalah nafsu permusuhan dan persaingan. Setelah itu diciptakan sifat syaithoniyah, sehingga yang menguasai jiwa manusia adalah nafsu untuk berbuat makar dan menipu. Hal ini disebabkan sifat sabu'iyah dan sifat bahimiyah mengajak untuk mempergunakan kepandaiannya dalam rekayasa memenuhi keinginan (syahwat) dan melaksanakan kemarahan. Sesudah itu nampak pada diri manusia sifat-sifat rububiyah, yaitu takabur, merampas, dan mencari ketinggian. Terakhir baru diciptakan akal yang menampakkan cahaya iman. Akal adalah tentara Allah dan pasukan malaikat, sedangkan sifat-sifat sebelumnya adalah pasukan setan. Pasukan akal menjadi sempurna pada waktu umur 40 tahun, dan mulai tampak pada waktu baligh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar